sinetron, listrik dan pilwali

·

lampu............seperti sendi hidup lainnya, ia begitu pengaruhi jalan hidup sehari-hari. begitulah perbincangan saya dengan dani, seorang teman, sekaligus adik saya. menikmati pisang moleng, tahu isi dan teh hangat, dua malam lalu bincang kami sehangat suguhan teh manis istriku.

saya kira air yang paling dalam hidup ini. kataku selanjutnya.
bagaimana mungkin air lebih penting. bukankah listriklah paling peting. sela dani
lalu kukatakan padanya, ya iyalah sebab air sumber kehidupan.
memang tak bisa dipungkiri. tp katanya, bisa kita menikmati air jika listrik padam. kan listriklah yang menghidupkan mesin pemompa air. dan kemudian baru kita bisa menikmati air.
betul juga kata katamu. jawabku.

kalau dulu, anggapan bahwa air adalah sumber kehidupan sangat tepat karena untuk menggunakan air, cukup dengan memompa air, menimba dari sumur, atau mengambil air dari sungai. katanya

akupun terdiam sejenak. lalu apa yang dikatakan dani, paling tidak ada benarnya.

suguhan teh hangat istriku kembali kami tenguk dengan satu gigitan untuk tahu isi. kamipun hampir bersamaan menyulut sebatang sigaret. lalu perbincangan diteruskan.

apa sebenarnya terjadi dengan PLN palu. pertanyaanku keluar lalu danipun angkat bahu tanpa bisa menjawabnya.

ya. keadaan seperti ini selalu selang waktu terjadi. kadang tiap 3 bulan, penyakit nyala-padam-nyala lagi dua minggu terakhir kumat lagi. apakah tak ada solusi lain untuk terus menyinari Kota palu selama 24 jam sehari, 30 hari sebulan sampai 365 setahun penuh.

demikian parahkah hidupnya kota palu sehingga menikmati listrik saja hanya hampir separuh dari sehari semalam. tak lagikah orang berfikir tentang itu. tak inginkah kita melihat kota palu terang benderang. haruskah kita selalu cemas hanya untuk menunggu pemadaman lampu secara bergiliran.

belum lagi anak didik yang harus menggunakan pelita saat belajar malam sampai-sampai batang hidungnya hitam dipenuhi sisa-sisa pembakaran pelita.

dari pelayanan publik, tentu sangat terasa. bahkan bisa dibilang tak ada aktivitas sama sekali. itupun terjadi jika kantor bersangkutan tak miliki genset.

ibu-ibu yang gemar acara sinetron sampai gosip. tentu akan kehilangan satu atau dua buah episode. yang sangat sayang kalau dilewatkan.

dan tak perlu dihitung lagi ongkos produksi sebuah perusahaan jika listrik tergantikan oleh genset. bisa dua kali lipat biayanya.

sangat ironis jika listrik di kotaku terus seperti ini.

Walikota Palu. Bung Cudi, demikian akrabnya, paling tidak telah menghadirkan PLTU Mpanau. namun belum juga mampu mengatasi masalah ini.

tak lama lagi, pemilihan walikota Palu akan dilaksanakan. adakah Calon Walikota Palu 2010-2014 berani mengatakan tak ada lagi pemadaman bergilir............

Ah. alangkah gosipnya perbincangan ini. mau tahu saja isi rumah tangga PLN sampai urusan pemilihan Walikota Palu.