SUPARDI in memoriam

·

siapa sangka, roh akan berpisah dari badan. siapa sangka senyum manis itu telah tiada. siapa sangka, nasehat itu tak bakal terdengar lagi. siapa sangka, sebutan ucen darinya tak lagi bisa kudengar.
ia datang kekantor RESPON. (Resolusi Perjuangan-sebuah koran lokal palu taun 2001). dan bertanya, "aba nungci ada?. lagi keluar kataku. oh. iya. kalau aba datang, beritahu kalau ada temannya yg dikantor gubernur (kantor gubernur Sulteng) mencarinya. baik, kataku lagi. belakangan aku tahu dari aba nungci, dialah Drs. Supardi Ibrahim.
tak lama berselang, kongres percepatan pembentukan propinsi Sulawesi Timur di gedung pemuda Poso. dilaksanakan oleh beberapa elemen disana. berangkatlah saya, aba nungci dan om Pardi (begitu saya biasa menyebutnya), mewakili koran Respon. cerita hasil kongres itu tidaklah penting dalam catatan ini. tapi bagiku, awal perkenalan dengan om Pardi, awalnya karena kegiatan kongres itu.
hari kedua kongres, mobil kijang putih yang kami tumpangi mogok persis di bibir jembatan kota Poso. kebetulan hanya saya dan om Pardi di mobil. lewatlah seseorang yang entah siapa namanya, tapi kenal dgn om Pardi. ia pun menawarkan seseorang yg bisa memperbaiki mobil. tak berselang lama, datanglah orang yg dimaksud.
usai diperbaiki, teman om Pardi serta yg perbaiki mobil lalu pamit. om Pardi, menyodorkan 50 ribu selembar sabagai ucapan terima kasihnya kepada si montir. tapi entah mengapa, si montir menolak dan berlalu kembali dengan teman om Pardi.
saya tak habis pikir, uang 50 ribu ditolak padahal pekerjaannya hanya itu. lagi pula saat itu jam menunjukkan pukul 2 dini hari. benar2 sebuah keikhlasan untuk om Pardi. mungkin karena om Pardi juga begitu orangnya.
satu lagi yang perlu saya catatkan disini.
sewaktu saya menjadi bagian dari koran Madani (koran lokal Palu taun 2005-2007. om Pardi-pemimpin redaksi), istri saya hendak berangkat ke makassar mengikuti prajabatan nasional yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. tapi istriku kekurangan biaya. saya lalu menceritakan hal tersebut kepada om Pardi. tak ada solusi hari itu ketika usai saya cerita.
keesokan harinya, om Pardi menelpon saya untuk datang ke rumahnya. datanglah saya kerumahnya dan tanpa basa-basi, om Pardi menyodorkan amplop yang isinya uang untuk kepentingan istri mengkuti prajabatan nasional itu.
ia memang banyak berkelakar di antara kami (awak koran Madani). ia sering menemukan solusi ketika kami sedang kebingungan. ia adalah tempat curhat sebagian dari wartawan yang ada di Kota palu. maklum, ia juga sebagai kabag pembina media di infokom propinsi Sulteng.
banyak kenangan bersam om Pardi yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.
hari ini, ia dikebumikan di peristirahatan terkahirnya. di pemakaman umum Pogego palu.
dirumah duka jl. cokroamnito, kel. Baru. Palu barat, selain dihadiri oleh beberapa kalangan pejabat serta handai tolan, hadir pula walikota Palu, bung Cudi, mantan gubernur Sulteng H. Aminuddin Ponulele serta gubernur sulteng, H.B. Paliudju sekaligus melepas almarhum ke peristirahatan terakhirnya.
selamat jalan om Pardi, selamat jalan Ayahanda, selamat jalan Kakanda. selamat jalan Sahabat. selamat untuk orang yang kami cintai.
dan kelak, di akhir nanti, aku akan bersaksi dihadapan Allah SWT, bahwa Drs. Supardi ibrahim salah satu orang baik yang pernah aku kenal.